-->
"theNotes, onMybLog..."

Semua penulis akan mati. Hanya karyanyalah yang akan abadi. Maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti. (Ali bin Abi Thalib)

Friday, January 31, 2014

Beda Gerakan Dakwah, No Problem!



Bismillahirrohmaanirrohiim
“Tidak penting kamu suka atau tidak, yang penting, Allah ridho atau tidak”.
            Sepenggal kata mutiara yang membuatku yakin menempuh langkah di jama’ah ini. Aku mengenal jama’ah ini (baca: Lembaga Dakwah Fakultas) baru ketika Aku mengijakkan kaki di bangku Perguruan Tinggi dan mulai berusaha untuk istiqomah sejak Aku duduk di bangku semester 3. Aku dibesarkan dalam keluarga yang Alhamdulillah kaya akan perbedaan. Seorang Ayah yang aktif di dunia politik dan pendidikan, Ibu yang juga mantan aktivis, saudara perempuan yang sudah berkeluarga (Alhamdulillah sudah punya 1 anak laki-laki) yang lucu  dan soleh, amin. Saudara lelakiku yang pertama dan juga sudah bekerja di salah satu kantor Pemerintahan RI, terakhir saudara lelakiku yang juga seorang aktivis organisasi mahasiswa. Keluarga yang kaya akan perbedaan dan membuat semuanya menjadi lebih berwarna. Salah satu perbedaan yang unik ialah PERGERAKKAN, pergerakkan yang Aku dan keluargaku geluti.
            Sejak semester 3 lalu, Aku sah dibai’at sebagai ADK (Aktivis Dakwah Kampus). Sejak saat itu, kondisi lingkungan dan persaudaraan perlahan membuatku harus berubah. Berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tapi, perubahan ini bukan semata-mata ikut-ikutan lingkungan, Alhamdulillah memang Aku berusaha menjemput hidayah yang Allah ‘lemparkan’. Stampel ADK seperti ‘tertulis’ jelas di dahi ini, beberapa teman (ammah) yang ‘kritis’ yang melihat seorang perempuan yang berjilbab lebar, lengkap dengan kaos kaki dan manset tangan yang tak pernah lepas, terutama rok yang selalu Aku kenakan, membuat mereka yang bertemu bertanya “Kamu ADK ya Ma?”. Aku hanya tersenyum dan menjawab  “Ya, Aktivis Dakwah Kampus kan? Aku memang ikut organisasi dakwah di FKIP”.
            Lama waktu berlalu, sebulan, dua bulan. Keluarga mulai merasa ada perubahan yang drastis pada diriku. Tidak hanya penampilan, kewajiban harian, misal: shalat yang biasanya selesai shalat wajib Aku langsung tilawah, tapi kuselingi dulu dengan shalat sunnah rawatib dan membaca Al ma’tsurat (baca Al ma’tsurat biasanya dominan ADK yang melakukan). Bunda, Yanda dan Abangku yang mereka juga adalah aktivis-aktivis di masanya (kebetulan saudariku dan Abangku yang pertama tidak berminat menjadi aktivis, mereka lebih study oriented). Yanda dan Bundaku adalah alumni aktivis sebuah himpunan mahasiswa yang sudah cukup lama berdiri (baca: H*I) dan ternyata Abangku tertarik mengikuti jalur organisasi orangtuaku. Jujur, tidak kupungkiri sejak masuk ke Perguruan Tinggi Negeri ini tidak pernah terpikirkan olehku untuk ikut sibuk dalam organisasi-organisasi kampus. Mulai mengenai tarbiyah ala ADK pun baru di dunia kampus ini. Sempat Abang menawarkanku untuk ikut bergabung di H*I tapi diri ini merasa belum sreg untuk masuk ke sana. Namun, entah kenapa ketika masuk ke jema’ah ini Aku merasa ‘betah’.
            Hari berganti hari, bulan pun berganti bulan. Sejak sibuk di jema’ah ini mulai dari agenda-agenda taujih, tasqif, amanah dakwah dalam wajihah dan sebagainya. Kesibukan itu makin nampak dilihat oleh keluargaku. Ditambah kondisi kampus tempat Abangku kuliah sedang ada Pemilihan Presiden Mahasiswa kampusnya. Abangku ditunjuk oleh rekan-rekannya menjadi Calon Presiden Mahasiswa dan beberapa organisasi mahasiswa lainnya termasuk H*I turut mendukung Abangku. Rivalnya, adalah Ikhwan ADK. Ya! Sebuah kondisi yang membuatku galau. Panjang cerita, Abangku kalah dalam pemilihan dan akhirnya Ikhwan ADK yang menang. Tahukah kamu apa yang terjadi? Silahkan lanjutkan membacanya.
            Malamnya, Aku yang tahu kekalahan Abang, sempat berpikir untuk diam saja. Namun, tak lama Abang menghampiriku yang sedang asyik menonton acara debat politik di TV. Sedikit pecakapan berawal dari Abang yang bertanya.
“Pinter ya cara ADK, kalah Abangmu nih...” ujarnya.
“Ya udah Bang, belum rejeki dan mungkin Allah memang gak meridhoi Abang jadi Presma. Ambil hikmahnya, disuruh nyelesain skripsi tuh! Hehehe...” ledekku.
“Iya, gimana mau menang. Adek1 sendiri be dukung orang lain” jawabnya lagi.
“Dukung apa bang? Adek kan beda kampus sama Abang, gimana bisa dukung?” tanyaku.
“Ya, adekkan ADK sekarang...” jawabnya singkat dan langsung berlalu.
“Hmm...” gumamku.
Aku  merenung sejenak. Tak lama, bunda datang menghampiriku. Kali ini, Aku yang membuka percakapan.
“Bun, salah ya kalau jalan yang adek pilih sama Abang beda?” tanyaku.
Bunda adalah sosok ibu yang luar biasa, kecerdasannya dan pengetahuannya serta kepekaannya terhadap kondisi anaknya sangat kuat. Sehingga Aku tak pernah segan untuk bercerita semua hal pada Bunda.
“Ya dak apo2 dek, beda itu kan indah asal jangan sampai beda yang menyesatkan aqidah”. jawab Bunda dengan bijaknya.
“Iya bun, bunda tahukan adek sekarang ikut organisasi dakwah kampus? Beda sama organisasi bunda, yanda dan Abang. Dak apo kan bun?” tanyaku polos.
“Ya, pokoknya bunda setuju adek ikut organisasi Dakwah. ADK ya namanya? Selama tetap satu tujuan dan satu visi dalam koridor Islam yang benar, kenapa tidak?” jawab Bunda.
Subhanallah, jawaban Bunda membuatku lega. Bunda tidak mempermasalahkan gerakkan yang berbeda yang Aku jalani. Pemikiran Bunda memang tidak jauh berbeda dengan apa yang kupikirkan dan yang kuniatkan selama Aku ikut jama’ah ini, yaitu: mencari dan terus mencari ilmu (ilmu luas maknanya, bukan hanya akademik) yang tetap sesuai dalam koridor Islam (baca: Al Qur’an dan Sunnah) dan selalu melakukan yang terbaik serta mengajak orang untuk baik pula. Bersyukur, ada Bunda yang mengamini pilihanku masuk ke barisan ini (Subhanallah, jadikan rabitoh pengikatnya).
Berbeda lagi dengan Yanda. Yanda yang juga aktivis dan kader dalam sebuah partai politik Islam awalnya tidak setuju dengan pergerakkan yang kupilih. Memang tidak dapat dipungkiri, jama’ah yang kujalani ini memiliki ikatan erat dengan sebuah Partai Politik di Indonesia yang berbeda dengan partai yang mayoritas dipilih keluarga besarku. Kusadari, Aku sudah dewasa dan sudah mampu memilah mana yang nyaman dan cocok dengan pemikiranku. Kurasa, dunia ini tidak akan pernah lepas dari pengaruh politik. Begitu juga dengan jalan dakwah ini, namun jujur...Aku mengikuti jalan dakwah ini bukan karena pengaruhnya dengan partai politik yang bersangkutan. Tapi, murni Aku mengikuti jama’ah ini karena sistemnya dalam membentuk kader-kader Islam yang kuat jasmani dan rohani rapi dan terstruktur (menurutku). Istiqomah dan kekonsistenanku mengikuti jama’ah ini karena Aku merasa Aku memerlukan wadah dakwah ini.
Kekagumanku dengan kader-kader ADK yang juga adalah politisi dalam sebuah Parpol hanya sebatas kekaguman dengan sudut pandang mereka dalam mensyiarkan ajaran-ajaran Islam dengan sistem yang rapi dan bertarget. Suatu hari, Aku tegaskan pada Yanda :
“Yan, adek ikut jama’ah ini bukan karena pengaruh partai atau apapun itu. Tapi murni, adek pengen jadi kader dakwah Allah melalui jama’ah ini, bukan kader partai atau lembaga lain. Mungkin takdir Allah adek berdakwah melalui jalan ini. Dalam Al Qur’an surat Muhammad ayat 7 juga jelas yan, ‘Barang siapa yang menolong agama Allah, maka Allah akan menolongnya’. Nah, kita punya cara masing-masing untuk menolong agama Allah, untuk berdakwah dalam Islam. Dan mensyiarkan Islam ”.
Jawabanku yang singkat dan jelas menutup debat panjang selama 2 jam lebih dengan Yanda tentang perbedaan gerakan yang kami jalani. Alhamdulillah, sejak saat itu Yanda menghargai jalan dakwah yang kupilih. Bahkan kami selalu saling mengingatkan dan saling diskusi tentang cara pergerakkan yang kami geluti dalam mensyiarkan Islam yang haq. Subhanallah, Maha Suci Mu Robb. Perbedaan ini tidak membuat keluargaku terpecah, malah membuat keunikan tersendiri. Tetap dalam satu tujuan, menggapai Ridho Illahi Robbi meskipun dengan cara yang sedikit berbeda.
Kembali pada kata mutiara di awal paragraf narasi ini,
“Tidak penting kamu suka atau tidak, yang penting Allah ridho atau tidak”.
Meskipun ada beberapa orang yang tidak suka dengan jalan dakwah yang Aku pilih sekalipun itu keluargaku, yang kupentingkan ialah keridhoan Allah SWT. Selama Aku tidak menentang dan mendurhakai orangtua dan selama jalan dakwah ini tetap lurus sesuai dengan koridor Islam dan ajaran Rasulullah, kenapa tidak? Aku dan ADK; ini ceritaku, mana ceritamu? ^___^

Jazakallah khairan katsiir.
*Mohon maaf jika dalam penulisan paragraf narasi ini ada pihak yang tersinggung, penulis hanya berniat membagi ceritanya.

Catatan:
1 Adek : kata sapaan Palembang sehari-hari untuk kata Adik
2 Dak apo : Tidak apa (bahasa Palembang sehari-hari)




-Jannatil Huda-
Diposkan oleh Masayu Rochma di 2:52 PM
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest

Post a Comment

Tinggalkan jejakmu! ^_^

Newer Post Older Post Home


About Me

My photo
Masayu Rochma
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
The Notes on My Blog. Hal-hal yang ingin kutuangkan dan kubagikan di dalam blog ini, catatan2ku (pribadi ataupun berbagi nasihat dari sumber lain). "Menilai manusia, bukan bagaimana ia mati, melainkan bagaimana ia hidup, bukan apa yang diperoleh, melainkan apa yang telah diberikan, bukan apa pangkatnya, melainkan apa yang telah diperbuat dengan tugas yang diberikan Tuhan kepadanya..." I am just an Ordinary person, who wants to be more...
View my complete profile

Arsip Blog ^_^

Arsip_Arsip
Loading...
Assalamu'alaikum

Asmaul Husna...

Followers

Pengunjung...

Kunjungi Juga Nih!

  • My Gmail
  • My Twitter
  • My Facebook
Masayu Rochma Agustia

Buat Lencana Anda

Catatan Populer...

  • 5 Fase Kehidupan Manusia, SEKARANG FASE KE-4!!!
    Dalam kehidupan manusia ada 5 fase: 1. Fase Nubuwwah . Fase dimana dunia dipimpin oleh para Nubuwah (Nabi-nabi, mulai dari Nabi Adam A...
  • “Hukum Shalat Berjamaah 5 Waktu” ketegori Muslim.
    Assalamu'alaikum wr wb Di kalangan ulama memang berkembang banyak pendapat tentang hukum shalat berjamaah. Ada yang mengatakan fardhu `a...
  • Hm...LoVe ALLAh FoLEveL!
    ██50% [♥berteman♥] ████ 60% [♥bersahabat♥] ██████ 80% [♥cinta♥].. ████████99% [♥sayang♥] █████████100% [♥Remember ALLah♥] ==================
  • 10 Muwasofat Tarbiyah
    10 Muwasofat Tarbiyah : 10 Karakter Aktivis Tarbiyah : 1. SALIMUL AQIDAH    ( Selamat keyakinannya ) 2. SHAHIHUL ’IBADAH   (Be...

@Puncak Gunung Kaba, Bengkulu

@Puncak Gunung Kaba, Bengkulu
Me

GEMABI

GEMABI
Regional Palembang

Forum Indonesia Muda

Forum Indonesia Muda
Regional SumSel, FIM MUSI

I love my adventure

I love my adventure
#sweeper

FIM 14 B, Bukittinggi

FIM 14 B, Bukittinggi
Keluarga Kunang-kunang

Indonesia Berbagi #InShare

Indonesia Berbagi #InShare
Relawan InShare

Best Friend

Best Friend
"Three Angel"

Srikandi DPMKM Unsri

Srikandi DPMKM Unsri
Apapun Yang Terjadi Kami Tetap Membara

Kata Bijak...

Jika seorang hamba telah merasa senang berhubungan dengan Tuhannya, dunia telah menjadi akhiratnya...
-Abu al-Hasan al-
’Amiri


"
مَنْ جَدَّ وَجَدَ"

Powered by Blogger.