Aku berdiri. Menatap lekat sebuah bayang yang ada didalam kaca kamarku. Kaca itu berbentuk persegi, panjangnya kurang lebih satu meter, dan lebarnya mungkin sekitar dua jengkal tangan orang dewasa. Aku tak tahu pasti, karena tidak pernah ku ukur dengan teliti. Kaca itu bersih, sangat nampak kalau kaca itu di rawat dengan baik oleh pemiliknya.
Masih dengan tatapan yang melekat, ku pandangi bayang di kaca persegi itu. Berdiri seorang gadis remaja didalamnya. Nampak pula di belakang gadis itu, bayang sebuah dipan sederhana yang terbuat dari kayu, yang sepertinya hanya cukup untuk dia seorang. Di samping dipan itu, telihat pula sebuah meja belajar berwarna abu-abu, memang kurang serasi dengan warna cat dinding kamarnya yang berwarna hijau muda. Tapi dia tetap merasa nyaman melepaskan rasa lelah disana.
Gadis itu nampak sudah rapi, sepertinya dia akan segera pergi. Usianya mungkin sekitar 18 tahun, seorang mahasiswa. Bentuk wajahnya oval, pipinya chubby alias agak tembem. Alisnya lurus ke kiri dan ke kanan, rapi. Matanya tidak besar ataupun sipit, tapi sedang sesuai dengan ciri fisik orang Melayu pada umumnya. Hidungnya tidak mancung, bisa dibilang pesek, namun dia tetap bersyukur karena itu adalah berkah dari yang Maha Kuasa. Bibirnya mungkin tidak kecil, namun tetap manis di pandang.
Dia mengenakan jilbab berwarna merah bata dengan rapi, layaknya seorang gadis muslimah pada umumnya. Sambil memoleskan bedak di wajahnya yang telah di bersihkan. Gadis itu mengenakan baju bermotif polkadot atau baju yang dihiasi dengan lingkaran-lingkaran kecil, berwarna merah bata serasi dengan warna jilbabnya. Baju yang sederhana, namun tetap enak dipandang, sopan, dan tidak terbuka. Dan jauh berbeda dengan celana yang dikenakannya, meski berwarna hitam namun tetap serasi dengan baju dan jilbabnya.
Gadis itu tersenyum, mengangkat sedikit ujung bibir kanannya sambil berkata, “Oh manisnya aku, terima kasih Tuhan atas berkah dan karunia yang Engkau berikan padaku hari ini…”.
No comments:
Post a Comment
Tinggalkan jejakmu! ^_^