Cerita 2: dari saudara kita muslim yang ammah.
Sebelum ikut tarbiyah ana udah banyak temen (somboong, st!
Bersyukur nih!), apalagi yang Ammah begitu juga yang nasrani dan Alhamdulillah
sampai sekarang tetap bisa silaturahim dan meskipun bisa dibilang ana lebih
dulu nge-gapai hidayah
Allah sebelum mereka tapi ana tetap BERUSAHA menyesuaikan diri kalau lg sama
mereka. Alhamdulillah, mereka juga masih OPEN sama
ana, kadang ngajak diskusi
tentang agama, kondisi sosial, bahkan sampai ke arah sensitif itu (baca: VMJ
dan Walimah), jadi deh ana dijuluki bergelar PhMc (Pakar handal Masalah
Cinta) hehehe, just intermezzo
^_^
Ikhwafillah, dalam dakwah kita musti punya strategi! Gak langsung nge
judge! "Kata Qur'an gini loh!" "Rasul pernah
bersabda....." dll. Bagus sih. Tapi sesuaikan, kayak kata pepatah lama
"Pelan tapi pasti". Islam pun mengajarkan, dalam dakwah “sampaikanlah
dengan lemah lembut”, Islam bukan keras tapi tegas. Ketegasan itu muncul
ketika bersinggungan dengan aqidah, baru SAY
NO! Kembali
ke cerita ana tadi, ceritanya (ini langsung dari teman yang Ammah yah), si
cewek yang Alhamdulillah baru
berjilbab (masih jilbab GAOL dan pakaian juga masih pakai JIN
(jeans) dan
kaos ketat ditambah dengan punuk di balik jilbabnya yang disanggul tinggi ke
atas).
Kisahnya, si akhwat yg merasa risih dengan ketidakcocokan ala
busana si cewek langsung negur (Alhamdulillah , negurnya pake cara bi
fardhi alias
personal). Dialognya (aslinya pakai bahasa Palembang, tapi biar ente ngerti,
jadi ana tuliskan dengan bahasa Indonesia gaul-gaul dikit, hehe):
Akhwat: Ica
(nama samaran si cewek), maaf yah... Kok kamu pake baju
gitu, gak bagus
loh. Kan muslimah bagusnya pake baju
yang longgar jangan baju adekmu dipake (Tuing!).
Ica: Hehe,
ya maklumlah aku kan baru pake jilbab.
Masih nabung untuk beli-beli baju dan jilbabnya (boleh juga alasannya)...
Akhwat: Oh,
gitu tapi cuba jilbabnya jangan dinaikin, ajarannya berjilbab menutupi dada,
tahukan Surat Al Ahzab ayat 59? yang artinya "Hai
rasul......dst". Terus juga sanggulmu, ketinggian. Di Al Qur'an "perempuan yng berpakaian tp telanjang dan di
kepalanya ada seperti punuk Unta, maka tidak bisa mencium bau surga yang sebenarnya jaraknya begitu dekat ", jadi
usahakan jangan terlalu terbuka ya.
Ica: iya,
*senyam senyum meringis
See? Ini bukan rekayasa, tapi asa2. Gak
ding! This
real story! Dari dialog memang ada sedikit penambahan redaksi, tapi pada
intinya begitulah cara beberapa Akhwat menegur saudaranya. Do
you know? Tak
selang beberapa hari, si Ica cerita sama ana, panjang lebar dan intinya dia
berpersepsi Gamus
alias Gadis Musolah itu kasar banget,
"Aku kan baru dapat hidayah, masa'ngaji,
tapi aku kan juga masih usaha, Allah aja gak pernah
memaksa. Tolong ya Ma bilangin, jangan terlalu mudah ngelontarke firman
Allah, lihat-lihat objeknya, Aku kan masih dalam tahap perbaikan juga",
ana senyum sambil nenangin si Ica. nasehatinnya segitunya, kayak ceramah aja!
Aku tahu dia alim, sering
Nice story! Langsung masuk ke evaluasi,
saudaraku... Rasul pernah bersabda "Sampaikanlah walau hanya 1 ayat",
Subhanallah dalam cerita ke 2 bahkan lebih dari 1 ayat. Pola pikirnya, patut
dikasih LIKE
THIS karena
langsung menentang kemungkaran di depan matanya. Tapi, bisakah kita menegur
dengan bahasa yang manis? lembut? Sehingga, paradigma orang tentang ADK lebih
manis dan Islamnya pun lembut. Mungkin kembali ke watak yah, memang gak semua
orang punya watak supel dan ramah, sekalipun dia sudah tarbiyah bertahun-tahun.
Tapi, kembali pada KEMAUAN,
kalau kita punya kemauan untuk mengubah sesuatu yang kurang baik itu menjadi
lebih baik, Insya Allah Allah pun Ridho. Sebenernya bisa kan nasehati dan tegur
dengan kata-kata yang lebih diplomatis atau belajar beretorika deh, misal:
1. Soal pakaian
Akhwat:
Ica, cantik ya sekarang... Udah pake jilbab, istiqomah yah! Semoga bsa lebih
baik lagi ke depannya, (kalo ada lebih uang, boleh deh ditawarin) Ica, suka pake rok gak?
kayaknya lebih cakep deh kalo pake rok,
lebih feminim gitu (tetap dengan senyuman ^___^) *Jangan
bilang, “Aku gak bisa
ngomong gitu ukh...” You can if you think, you can!
2. Soal PUNUK (Ini kisah
nyata yang ana alami sendiri yah, ketika ada seorang akhwat ammah bertanya
tentang punuk).
Akhwat:
Ica, itu apa yah? *pura2 gak tahu
Ica:
sanggulan rambut aku, kenapa?
Akhwat:
Ooh, rambut kamu pasti panjang yah?
Ica:
Iya, kok tahu?
Akhwat:
Oh, pantesan yah tinggi sanggulnya. Oya, coba tebak rambut aku panjang atau
pendek? (si akhwat gak ada
punuknya).
Ica:
Hm.. gak tahu
tuh, gak ada
sanggulnya tuh.
Akhwat:
Nah, gitu ca... Kamu pasti tahu dong fungsi jilbab, melindungi mahkota kita
(rambut). Nah kalau kita pake sanggul
ditinggiin ketahuan dong rambutnya
panjang. Betul gak?
Ica:
iya juga sih, emang di Islam gak boleh
yah? *SEE! Akhirnya
si Ica yang mancing ana buat ngasih dalil
biar lebih jelas. Tapi tetap, nyampeinnya jangan
langsung “Bismillah, di al Qur’an surat...dst”, kalau sudah paham maksud
ayatnya, sampaikan dengan bahasa yang mudah dia pahami.
Akhwat:
Iya, ada di Q.S ini ayat ini, tapi aku lupa artinya (sebenernya
tahu, ini salah satu strategi jg. Jangan terlalu diekspos kalau pemahaman agama
kita sedikit lebih maju dari mereka), tapi aku paham intinya Ca. Intinya,
Allah kurang suka kalau kita pa kesanggul
gitu, terkesannya juga berlebihan. Jadi, yang pas-pas aja ^_^
Alhamdulillah,
besok-besoknya sanggul Ica gak tinggi
kayak sebelumnya, tapi tetap ada meski agak diturunin. Bersyukur, berarti dia
menerima meski gak langsung
sepenuhnya dia ikuti ajakan kita. Sama-sama ambil ibrohnya.
Cerita 3: dari
Nasarah (Nasrani).
Kisah nyata, suatu hari ponsel ana bunyi. Ada sms,
isinya:
Natali
(nama disamarkan): “Ama, Aku gak suka
sama cara Ica (nama samaran). Tadi Aku masuk musolah, terus dia langsung negur ‘Natali,
dirimu kok masuk musolah? Gak boleh, ini kan tempat ibadah orang Islam.’ Emang
Islam segitunya yah? Aku banyak teman yang muslim, kadang juga ikut masuk
masjid, yang pentingkan Aku gak ganggu
ibadah kalian,
Aku gak ribut,
cuma duduk dan ngaca aja”.
Sontak ana kaget, wah harus diluruskan nih! Setahu ana, kita yang
muslim memang gak boleh
masuk ke rumah ibadah orang non Muslim, kalau untuk agama mereka ya ana juga gak tahu.
Ana paham, si Ica maksudnya baik. Langsung ana tanya sama Ica kenapa dia bisa bilang
begitu. Jawab Ica:
Ica:
Iya ma, kata Mbak ana gak boleh.
Nanti kalau ada temen-temen yang muslim lagi buka jilbab atau ngobrol masalah
agama, kan ketahuan?
Betul sekali! Maksudnya baikkan? Biar menjaga izzah teman-teman
yang muslimah. Tapi sebenarnya dia bisa negur dengan cara yang lebih enak
diterima. Sudah dapat klarifikasi dari Ica, ana nanya lagi sama si Natali.
Ana:
Natali, waktu masuk musolah lagi rame gak?
Natali: Gak,
sepi kok. Cuma ada beberapa orang, Aku juga ngerti Ma,
kalau rame Aku
juga gak mau
masuk kok.
Ana:
Oh, ya udah. Nanti Aku bilang sama Ica ya. Mungkin Ica lagi sensi kali, hehe
jadi kena di kamu! Maaf ya.
Dari sms si Natali,
berarti dari sisi toleransi si non ini sudah sedikit paham. Ana merenung, si
Ica niatnya baik tapi caranya yang salah dan si Natali pemahamannya
bagus. Langsung ana sms si
Ica, segera minta maaf aja. Face
to face lebih
bagus, biar bisa sedikit becanda. Tapi Ica agak berat untuk minta maaf,
Alhamdulillah sehari kemudian dia sudah minta maaf.
Kembali merenung, ikhwafillah! Visi kita mensyiarkan Islam dan ajarannya musti
ada strategi, ingat kata kuncinya “Berbaur tapi tidak
melebur”. Ana
juga masih belajar, memang manusia tempatnya alfa dan dosa, tapi yuk kita
hindari hal-hal yang demikian. Semangat tebar kebaikan! Salam ukhuwah!
Indralaya,
24 Juli 2012 (05:52 Wib)
NB: Mohon maaf
jika ada pihak yang tersinggung, this SYIAR! ^_^