Bergeraklah dengan pemahaman, berdakwahlah dengan pengetahuan, pahami
'stampel' ADK mu (Aktivis Dakwah Kampus). ADK menurut ana bisa juga diartikan sebagai Artis Di Kampus (ADK), percaya
deh segala tindak tanduk ADK pasti menjadi perhatian teman-teman di kampus. Singkirkan kesan 'eksklusif' yang selama ini terbingkai di pikiran teman-teman lain (baca: bukan ADK).
Seorang Aktivis Dakwah Kampus harusnya mempunyai prinsip 'Berbaur tapi
tidak melebur'. Dear, ukhti fillah, jangan jadikan ‘hijab’
atau alasan menjaga pandangan menjadi dalih tidak mau berbaur dengan
teman yang bukan ADK, alasannya takut tidak bisa menjaga. Apakah hanya sekedar
stampel? Apakah Islam mengajarkan kita tidak berbaur dengan mereka yang non
Islam? Ikhwan yang berjenggot dan ada bekas titik hitam di dahinya, dia ADK?
Akhwat yang berbusana muslimah dan jilbab lebar, apakah benar dia ADK? Think
again (ngiklan...)
ADK adalah mereka yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan dakwah kampus, tidak
hanya penampilan tapi bukti kerja dalam dakwah yang mereka kerjakan. Harusnya ADK, baik akhwat ataupun ikhwan, selalu tebarkan semangat ukhuwah
dan lembutnya Islam. Memang gak semua watak orang bisa Low profile alias friendly, tapi Ana yakin, ADK ialah mereka yang
ikut tarbiyah. Tarbiyah itu sendiri secara umum berarti berusaha menjadi baik dan mengajak orang ikut menjadi baik). Singkirkan ego
kita, jangan jadikan alasan "Ana kan orangnya pendiem ukh/akh,
ini udah sifat ana...", Alasan KLASIK!
Pokoknya mari kita renungkan (ini juga sentilan buat Ana). Ana dapat banyak
cerita tentang pandangan beberapa teman kampus, baik dari ikhwah, ammah dan
bahkan yang nasrani TENTANG ADK.
Cerita 1: dari ikhwah.
Beliau salah satu ADK yang aktif di lini siyasi kampus (ikhwan) dan namanya
juga siyasi kondisi dan kuantitas SDMnya lebih heterogen (misal: ada yang ammah
dan nasrani), gak mungkin meski dalam wajihah itu ADK yang ‘berkuasa’ harus menerapkan secara
zhohir, misal: rapat pakai hijab? Wah, bagus tapi mungkin tidak langsung,
minimal mulailah rapat dengan Basmallah, tilawah dan diakhiri do’a. Dakwahnya
sampai dan orang lain pun tidak keberatan, bener toh? ^_^
Kembali ke cerita si Ikhwan, begini ceritanya : Suatu hari, mau ada rapat
tuh. Semua peserta rapat sudah mengambil posisi dan Alhamdulillah tetap jarak
dijaga (yang ganteng di kanan, yang manis-manis dikiri). Tak lama, ada seorang
Akhwat yang telat, masuk sambil ngucapin salam dan langsung jalan ke arah duduk paraLadies, seperti biasa
budaya salam ala ADK diterapkan, tapi...tak disangka, waktu giliran salaman di
tempat saudari yang nasrani , si Akhwat langsung ngelewatin'teman' kita itu. Wah, coba bayangkan?
Segitukah kita menjaga izzah (baca: harga diri) ini? Sampai tega mendiskriminasikan 'mereka'? Padahal
ini bagian dari mu'amalah dan bersosialisasi, Bayangkan, apa yang terukir di
pikiran teman2 kita yang ammah dan nasaroh? Bukan cuma bermasalah sama
akhwatnya, tapi pasti ADK nya, terus Islamnya yang disalahkan... Renungkan! *gak cuma akhwat ya, ikhwan juga.