Islamedia - Dia...sebut saja namanya “A”. Selalu ada di setiap agenda jama’ah. Pernah menjadi mas’ul di kelurahannya. Bergabung di halaqoh sudah cukup lama. Namun belakangan kesibukan di bisnisnya, membuatnya sedikit melemah. Kehadirannya dalam halaqoh semakin jarang. Ketika ditabayyun jawabannya selalu “afwan ana sibuk sekali”..
Dia... tak pernah terlihat lagi jasad apalagi ruhnya dalam lingkar ta’lim sepekan sekali. Dia pergi tanpa berita. Ia menjauh semakin jauh. Dia memang terlihat diantara kami, tapi dengan sosok dan jiwa yang berbeda..sehingga kami tak lagi mengenalnya sebagai seorang aktivis dakwah.
Cintanya pada dunia telah melunturkan semangatnya dalam berjuang di jalan dakwah. Hawa nafsunya telah mewarnai hati sehingga menutup warna iman di hatinya. Belakangan kepergok dengan seorang ikhwah...dia...sedang asyik bergandengan dengan seorang wanita seksi dengan rok mini. Astaghfirullah...
Hey!! Jangan su’udzon dulu pada kami!! Jangan pernah antum tanyakan pada kami...”memang antum tidak nasehati?? Memang antum tidak tabayyun!!”
Kami tarbiyah dibekali itu semua. Kami selalu diajarkan untuk selalu berhusnudzon dengan keadaan saudara kami. Kami di ajarkan untuk selalu tabayyun sebelum menyimpulkan sendiri. Kami diajarkan untuk saling nasehat menasehati.
Ada yang mengatakan begini : “Husnuzhon memang etika dalam berukhuwah... termasuk dalam amal jama'i, yang aneh adalah mengapa jundi di minta husnuzhon dan tidak sebaliknya. Mengapa jika ada pertanyaan terkait kebijakan hanya di jawab dengan "antum tsiqoh aja" atau "husnuzhon akhi"... apa yang membuat qiyadah "ragu" membagi info dengan jundi nya sendiri? Strategi da'wah? Jika saling "ber-rahasia" masih kah kita disebut amal jama'i?”
Saya jawab : “apa susahnya dengan khusnudzon akhi??? bukankah itu akan membuat kita menjadi berlapang dada dan menyebabkan memiliki nilai pahala...dan lapang dada adalah selemah2nya ukhuwah. afwan setahu ana konsep tarbiyah bukan hanya jundi yang diminta husnudzon, tapi husnudzon itu selalu dua arah, jundi terhadap qiyadah, dan qiyadah terhadap jundi. hanya saja ana melihat kenapa antum berkomentar seperti itu, karena konteksnya QIYADAH yang sedang "bermasalah_menurut antum"...sehingga jundi diminta husnudzon...lalu bagaimana ketika JUNDI yang bermasalah??? insyallah kami diajarkan untuk berhusnudzon pula pada mereka2 yang bermasalah...kami diajarkan untuk tabayyun, dan kami sama sekali tidak diajarkan men-judge saudara kami tanpa proses husnudzon dan tabayyun terlebih dahulu...”
Dia yang kedua saya beri nama “B”
Aktivis dakwah yang satu ini, agak unik. Uniknya apa?? Sangat suka “berkomentar”. Maksud saya begini, setiap karya saudaranya selalu dikomentari “miring”, kok begini?? Seharusnya begini...kerja2 saudaranya juga tak luput dari komentarnya,,”seharusnya antum bla bla bla...sikapnya yang kritis sampai semua aktivitas saudaranya dikritisi. Dari sikapnya yang kritis juga, dia merasa semuanya “salah” dimatanya!! Puncaknya salah satu kader tengah mengobrol asyik di depan toko foto copy...kecewa berat si B ini...dan memutuskan keluar dari jama’ah..komentarnya...dakwah tak lagi semurni dahulu!!
Astaghfirullah...begitu cepat dia menyimpulkan begitu...dia juga yang mengkritisi “kenapa sih!! Kita diminta husnudzon terus sama qiyadah??” tapi sayangnya dia sendiri tidak mempraktekan makna husnudzon dengan saudaranya..sehingga Allah benar-benar mengganti dia dengan generasi yang lebih baik kualitasnya.
Kemana si “B” sekarang...??? belum lama sebuah rumah terpencil jauh dari keramaian digerebek polisi. Dan yang mengagetkan si “B” ada disana dan harus berurusan dengan polisi, karena perbuatannya yang suka berjudi..astaghfirullah...
Si C sampai si Z tentu memiliki cerita tersendiri..dan rata-rata mereka yang telah pergi, semakin jauh dari jalan-Nya, semakin terlena dan terbawa arah hina dan ternoda! Hatinya semakin gelap...lebih gelap dari malam yang pekat..cahaya keimananya semakin redup dan hanya menunggu waktu saja untuk kemudian mati.
Ternyata...
Keluar dari barisan dakwah tidak membuat hidup semakin indah...justru semakin rusak dan mengerikan...
Keluar dari barisan dakwah, justru membuat mereka semakin terlena dengan kehidupan dunia, dan kian tersesat sejauh-jauhnya.
Keluar dari barisan dakwah hanya akan melukai hati sendiri, karena sulitnya berhusnudzon pada aktivitas dakwah saudaranya yang masih bertahan.
Keluar dari barisan dakwah, justru membuat ia semakin aktif mencaci dan memaki para aktivis dakwah yang ikhlas beramal ilallah...
Sungguh teramat merugi...mereka yang mengikuti hawa nafsu kemudian pergi meninggalkan kafilah ini, tanpa mau bersabar sebentar dalam ujian keimanan. Tanpa mau mencoba bertahan sebentar dalam dekapan ukhuwah..
Dan sungguh...
Kecewa itu biasa dan manusiawi...yang luar biasa, siapa saja yang mampu beristighfar dan lalu berlapang dada serta bertawakkal pada-Nya.
Perbedaan pendapat dalam amal jama’i adalah biasa...yang luar biasa, siapa saja yang mau berlapang dada dengan hasil keputusan syuro walaupun tak sejalan dengan pendapatnya.
Merasa benar dengan pendapat sendiri itu biasa...yang luar biasa, siapa saja yang mau menjalankan keputusan syuro. Walaupun bertentangan dengan hatinya yang merasa benar dengan pendapatnya.
Memang...
Dakwah ini berat...karenanya ia hanya mampu dipikul oleh mereka yang memiliki hati sekuat baja..memiliki kesabaran lebih panjang dari usianya. Memiliki kekuatan yang berlipat. Memiliki keihklasan dalam beramal yang meninggi. Memiliki ketsiqohan dalam beramal jama’i yang kokoh. Memiliki ketabahan seluas lautan, memiliki keyakinan sekokoh pegunungan.
Siapapun takan pernah bisa bertahan...melalui jalan dakwah ini...mengarungi jalan perjuangan...kecuali dengan KESABARAN!!!
Karenanya...
Tetaplah disini...dijalan ini...bersama kafilah dakwah ini. Seberat apapun perjalanan yang harus ditempuh...sebesar apapun pengorbanan untuk menebusnya...tetaplah disini...Buanglah hawa nafsu dalam mengarungi perjalanannya, karena telah banyak yang bergugugran karenanya. Gandenglah selalu iman kemana saja kita melangkah, karena iman akan menjagamu setiap waktu.
Seburuk apapun, sekeruh apapun kondisi kapal layar kita, jangan lah sekali2 mencoba untuk keluar dari kapal layar ini dan memutuskan berenang seorang diri...karena pasti kau akan kelelahan dan memutuskan menghentikan langkah yang pada akhirnya tenggelam disamudra kehidupan...
Jika beramal jama’i saja...kau serapuh itu...bagaimana mungkin dengan seorang diri?? Sekuat apa kau jika seorang diri...??
Wallahu’alam bisshowab...