Mereka adalah pewaris surga. Manusia yang disayangi Allah, alangkah indah bila hati mengenalnya.
Ada tujuh ketentuannya...
Pertama: beriman kepada Allah di hati , mulut, dan langkahnya.
Terkadang kita mengaku cinta kepada Allah, namun pada kenyataanya kita sering mengecewakanNya. Bahkan mendustaiNya. Maka pahami lagi makna keimanan, Al imanu:
* diyakini dalam hati, maksudnya menerima segala apa yang dibawa oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam.
* mengikrarkan dengan lisan (mulut), maksudnya mengucapkan dua kalimah syahadat, syahadat “Laa ilaha illallahu wa anna Muhammadan Rasulullah” (Tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah).
* dan mengamalkan dengan anggota badan (langkah/gerak), maksudnya hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan, sedang anggota badan mengamalkannya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya. Kaum salaf menjadikan amal termasuk dalam pengertian iman. Dengan demikian iman itu bisa bertambah dan berkurang seiring dengan bertambah dan berkurangnya amal shalih.
Kedua: jauh dari perkara yang tiada guna.
Al-Fudhail bin Iyadh berkata, Anda meminta surga kepada-Nya, sementara Anda menghadap-Nya dengan membawa sesuatu yang Dia benci. Aku tidak melihat orang yang begitu minim memperhatikan dirinya, ketimbang Anda.
Ma’ruf al-Karkhi berkata, tanda kebencian Allah Azza wa Jalla kepada hamba-Nya adalah ketika Dia melihatnya sibuk dengan perkara yang tidak ada gunanya.
(Imam an-Nawawi, Bustanu al-’Arifin, hal. 129)
Ketiga: menunaikan zakat.
Firman Allah Ta’ala (yang artinya) : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka” . (At Taubah : 103).
Allah telah menjanjikan dengan menunaikan zakat merupakan tujuan untuk bisa tegak dan kokoh di muka bumi ini. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Tiga perkara yang aku bersumpah atas tiga perkara tersebut dan menceritakan kepada kalian maka jagalah : Tidak akan berkurang harta yang dishodaqohkan dan tidak seorang hamba dianiaya dengan satu kedholiman kemudian dia bersabar (atas kedholiman) kecuali Allah akan menambahkan baginya dengan kemuliaan. Dan tidaklah seorang hamba membuka pintu meminta-minta kecuali Allah akan membaginya pintu kefakiran.” (Turmudzi Kitab Az-Zuhd 4:487(2325) dari hadits Abi Habsyah).
Balasan untuk mereka yang tidak mau berzakat:
Firman Allah Ta’ala (yang artinya) : “Sekali-sekali janganlah orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu kelak akan dikalungkan di lehernya di hari kiamat.” (Ali Imron : 180).
Keempat: menjaga kemaluannya.
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. An Nuur : 30).
Kelima: memelihara amanah.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.” (QS al-Anfal [8]: 27).
Ayat ini menegaskan syariat luhur bernama amanah. Berasal dari kata amuna, ya’munu, amanatan, amanah berarti jujur dan dapat dipercaya. Berkembang menjadi kata aminah yang berarti aman tenteram. Lalu muncul derivasi lain, ‘aamanah’, artinya ‘saling percaya’.
Keenam: selalu penuhi janjinya.
QS Al-Maidah[5] 1:
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu[388]. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. Aqad (perjanjian) mencakup: janji prasetia hamba kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya.
Ketujuh: menjaga waktu terkhusyuk di setiap sholatnya.
Orang yang khusyu' dalam shalat itu cirinya dua. Pertama, pada waktu shalat dia merasakan kenikmatan berkomunikasi dengan Alloh. Kedua, setelah shalat tampak dari perubahan prilaku dan kemuliaan akhlaqnya Orang yang shalatnya khusyu' itu tidak dilihat dari menangis atau tidaknya saat shalat, tetapi bisa dilihat dari kedisiplinannya setiap waktu.
Merekalah orang yg dirindu surga, tempat kembali mereka.
Bagaimana dengan kita? Layakkah menjadi pewaris surga?
Just for sharing ^^
Semoga bermanfaat.
*Adaptasi dari lagu Opick "Pewaris Surga".
No comments:
Post a Comment
Tinggalkan jejakmu! ^_^